Wednesday, May 15, 2013

HARI MINGGU PASKA VII



ROH KUDUS PEMERSATU
Kis 7:55 60; Why 22:12 14.16 17.20; Yoh 17:20 26
Paroki Blimbing, Malang Sabtu, 11 Mei 2013
GEREJA TEMPAT MENGENAL ROH KUDUS

Buka
Tema perayaan kita sore ini “Gereja Tempat Mengenal Roh Kudus” mengajak kita semua untuk menyadari kembali citra diri kita sebagai sebagai orang tertebus sekaligus terpanggil untuk meneruskan misi cinta Allah yang telah diwariskan Kristus. Gereja yang dimaksudkan dalam tema ini tentu lebih dari sekadar sebuah institusi, apalagi dimaknai sebagai gedung, bangunan fisik. Gereja yang dimaksudkan dalam tema ini tidak lain adalah diri kita. Kalau kita bersetuju dan bersepakat bahwa diri dan hidup kita adalah gereja maka betapa besarnya, betapa agung, dan betapa mulianya diri dan hidup kita. Kalau gereja itu adalah diri dan hidup kita lalu menjadi tempat kita dan orang lain mengenal Roh Kudus itu artinya diri kita memang menjadi kenisah Roh Kudus yang akan memancarkan buah-buah Roh dalam seluruh dinamika hidup kita. Kita berdoa dan menyerahkan diri kita ke dalam tuntunan kuasa Roh Kudus agar diri dan kehidupan kita mampu menumbuh kembangkan dan menumbuh suburkan buah Roh yang Tuhan tanamkan dalam diri kita. Mengawali perayaan ini baiklah kita akui kelamahan kita. Mungkin hidup kita bergerak di luar kuasa Roh Kudus karena kelemahan manusiawi kita.



Renungan

Semoga Mereka Bersatu dengan Sempurna

Kalau kita rajian membaca alkitab maka kita akan termukan berbagai kisah yang menggambarkan tentang aktivitas Yesus berkaitan dengan doa. Kita ambil saja mislanya ketika para murid tidak dapat berdoa dan meminta kepada Yesuscara berdoa yang benar, Yesus mengari mereka doa Bapa Kami. Doa Bapa Kami diajarkan kepada para murid karena mereka sering salah berdoa dan juga tidak tahu berdoa. Ketidaktahuan para murid berdoa menjadi alasan bagi Yesus untuk mengajarkan dan mewariskan doa Bapa Kami yang menjadi doa yang setiap hari kita gunakan.

Hari ini Yesus berdoa bukan karena adanya desakan atau permintaan dari siapa-siapa. Meskipun tanpa desakan siapa-sia, doa Yesus hari ini bukanlah doa tanpa konteks. Hari ini Yesus berdoa karena Ia mengetahui persis apa yang akan terjadi pada diri para murid dan pengikutnya. Yesus sungguh menyadari peluang dan potensi keretakan, perpecahan yang akan dialami para pengikut-Nya kalau Dia kembali kepada Bapa setelah menjalankan ekspedisi penyelamatan umat manusia. Doa Yesus yang dinarasikan penginjil Yohanes sore ini adalah doa yang selalu dan senantiasa relevan sepanjang kehidupan manusia. Mengapa doa Yesus ini relevan sepanjang hidup- manusia? Jawabannya karena sampai kapan pun manusia itu berbeda satu sama lain dalam pelbagai aspeknya. Perbdaan-perbedaan di antara manusia itulah yang berpeluang menjadi amunisi yang akan meluluhlantakkan dimensi pesatuan dan kesatuan manusia. Yesus jelas tidak menghendaki misi penyelamatan yang telah dilaksankan-Nya secara sempurna ternoda oleh perpecahan di antara manusia.

Yesus berdoa kepada Bapa Nya dengan intensi yang satu, tunggal yaitu agar manusia, satu dan bersatu. Intensi dan kerinduan Yesus agar manusia bersatu itu harus sampai pada tingakatan kuliatas prima. Dia berdoa adagarpersatuan dan kesatuan itu dalam kondisi yang sempurna. Semoga mereka bersatu dengan sempurna. Bersatu dengan sempurna berarti pula persatuan dan kesatuan yang didasarkan kasih, kasih yang dilandasi ketulusan dan keterbukaan. Persatuan dan kesatuan dalam kualifikasi sempurna yang dikehendaki berarti pula mengharuskan dan mewajibkan manusia, kita pra pengikutnya berada dalam proses komunikasi yang utuh. Bukan bersatu dalam komunikasi yang pincang karena pertimbangan untung rugi. Model komunikasi yang utuh itu diungkap secara jelas dalam doa Yesus tadi. Yesus berdoa agar para murid Nya bersatu. Kesatuan yang dirindukan dan diharapkan Yesus adalah kesatuan dalam arti luas. Doa Yesus seperti dinarasikan penginjil tadi adalah doa persatuan dan kesatuan yang ditumpukan pada tiga pilar penting yang berkaitan dengan diri sendiri, berkaitan dengan sesama, dan akhirnya berkaitan dengan Tuhan. Tiga sasaran kerinduan Yesus tidak lain agar manusia bisa bersatu dengan dirinya sendiri, bersatu dengan sesamanya, dan bersatu dengan Tuhannya. Tiga matra ini berada dalam tangga hierarkis artinya. Manusia tidak mungkin menjalin persatuan dengan orang lain kalau belum bisa bersatu dan berdamai dengan dirinya sendiri. Lebih dari itu manusia sebagai pribadi tidak mungkin berdamai dengan Tuhan jika tidak bisa berdamai dan bersatu dengan sesamannya. Tiga tiang topangan ini harus berada dalam posisi yang seimbang agar kita bisa berdiri tegak dihadapan Tuhan ketika menghadapi takhta pengadilan terakhir.

Kita bersyukur karena kita memunyai orang pendoa sepanjang masa dengan intensi yang satu yaitu untuk persatuan di antara manusia. Doa Yesus sungguh meneguhkan sekaligus menuntut kita untuk bersatu ke dalam diri sendiri, bersatu keluar terhadap sesama dan bersatu ke atas terhadap Tuhan. Yesus berdoa untuk para murid agar mereka tidak hanya bersatu ke dalam di antara mereka sen¬diri, tetapi juga mereka bersatu ke luar, dengan orang orang lain, simpatisan Kristus sendiri, dan akhirnya bersatu dengan Tuhan sendiri. "Bapa yang kudus, Aku berdoa bukan untuk mereka saja, melainkan juga untuk orang orang yang percaya kepada Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan AKu di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita." Inilah tiga dimensi persatuan dan kesatuan yang menjadi intesi utama doa Yesus sendiri. Persatuan dan kesatuan di antara para murid sendiri, persatuan dengan orang orang lain dan persatuan, dan kesatuan dengan Tuhan sendiri.

Persatuan dan kesatuan yang utuh seperti yang didoakan dan dihar¬apkan Yesus ini tidak terlalu mudah untuk dicapai. Persatuan ke dalam saja di antara para murid sering sering sulit terpenuhi, karena perbedaan watak, pandangan, pikiran. Ingat saja misalnya Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati Yesus, ia keluar dari kelompok keduabelasan para rasul, hanya karena kepentingan uang dan egoisme. Itu persatuan dan kesatuan ke dalam. Belum lagi persatuan ke luar dengan orang orang lain, yang tidak mempunyai dasar hubungan apa pun.

Sejak awal, Gereja yang satu dan sama "memiliki kemajemukan yang luar biasa. Pada satu sisi kemajemukan itu disebabkan perbe¬daan anugerah anugerah Allah, tetapi pada sisi lain kemajemukan itu terjadi karena keanekaan orang yang menerima anugerah Tuhan. Kita sungguh menyadari bahwa dalam gereja Tuhan menganugerahkan pelbagai karunia Roh Kudus dengan buah-buahnya. Perbedaan dalam karunia ini juga berpeluang menjadi pemicu terkikisnya persatuan. Dalam kesatuan umat Allah semua perbedaan itu bukanlah untuk dipertentangkan tetapi untuk diberdayakan dalam rangka menegakkan kerajaan Allah di dunia dan dalam kehidupan kita.

Tentu kita bersyukur kepada Tuhan karena Yesus tetap menjadi pendoa bagi persekutuan dan persatuan di antara kita yang masih hidup di dunia. Yesus yang kembali kepada Bapa tetap menyertai kita dengan kekuatan kuasanya yang tidak dapat dilawan dengan kekuatan apa pun. Yesus membentengi kita dan siapa saja yang percaya kepada-Nya dengan kekuatan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya dan kini tengah kita nantikan sampai kita diurapi kuasa Roh Kudus itu pada hari pentakosta. Roh Kudus yang dijanjikan dan yang akan kita terima akan menjadikan kita berada dalam kuasa dan tuntunan Roh dengan harapan untuk menumbuhkembangkan benih-benih Roh yang memungkinkan semakin banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan.

Bagimana caranya supaya persatuan dan kesatuan yang Tuhan harapan itu terjadi dalam kehidupan kita? Jawabannya ada dalam kata-kata Yesus tadi. Kalau mau agar persatuan dan kesatuan itu terjadi dan berbuah dalam kehidupan kita maka kita harus berani membuat pilihan kata yang baru. Pilihan kata yang baru seperti dirumuskan Yesu dalam doa-Nya tadi. Yesus mengubah kata aku menjadi kita. Itu artinya, Yesus menghendaki jika kita ingin mewujudkan perstuan dan eksatian dalam kuasa Roh Kudus maka kita harus mengurang bahkan harus menghilangkan kata “AKU” dan menggantinmya dengan kata “KITA”. Sama seperti Engkau ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereja juga di dalam KITA. Rumusan ini merupakan kalimat kunci untuk terbinanya persatuan dalam Roh. Ketika AKU menjadi pusat, orang cenderung ingat diri dan bertindak untuk diri sendiri dan itulah awal perpecahan. Tetapi, ketika semua orang menggunakan kata “KITA” di sana ada tenggang rasa, di sana ada simpati, di sana ada empati. Ketika kata KITA menjadi corak bahasa dan corak perilaku kita maka yang ada adalah damai. Damai adalah tanda adanya komunikasi dan kominikasi dalam arti sebenarnya itu adalah pilihan bahasa untuk menggunkan kata KITA.

Marilah kita mengedepankan pilihan Bahasa dan kata “KITA” dan bukan kata dan bahasa “AKU” agar doa Yesus untuk pesatuan dan kesatuan kita hari ini bermakna bagi perjalanan kita. Ingatlah, kata AKU adalah bahasa pemisahan diri tetapi kata KITA adalah bahasa yang mempersatuan karena dalam kata KITA aku dan Kau melebur untuk bertumbuhnya buah-buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, dan kesetiaan. Tuhan memberkati kita….

No comments:

Post a Comment