Misa
Penutupan Rekoleksi Para Dosen STKIP Ruteng
Sir.
48,1-4; 9-11; Luk.2,41-52
Sabtu,
13 Desember 2014
Bacaan
Sirakh 48,1-4; 9-11;
48:1 Lalu tampillah nabi
Elia bagaikan api, yang perkataannya laksana obor membakar. Kelaparan
didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka dijadikannya sedikit berkat
semangatnya. Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya
sampai tiga kali. Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu,
dan siapa boleh bermegah-megah bahwa sama dengan dikau? Dalam olak angin berapi
engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi. Engkau tercantum dalam
ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus,
dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub.
Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih
mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula.
Luk.2,41-52
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem
seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika
mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang
tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang
seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari
Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan
Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari
mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim
ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan
segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia,
tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah
Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari
Engkau."
Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam
asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara
itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin
bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh
Allah dan manusia.
Renungan Misa
Kisah injil tadi menyebutkan dua tempat yaitu Nasareth dan Yerusalem.
Nasaret disebutkan sebagai tempat asal perjalanan Yesus dan kedua orangtua-Nya
Maria dan Yosef. Teks injil ini merupakan salah satu penggalan kisah dari
keluarga Nasaret. Dari teks ini kita dapat menemukan banyak pesan berkaitan
dengan kehidupan keluarga Katolik. Untuk itu kita bisa lihat berdasarkan
ayat-ayat teks tadi.
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada
hari raya Paskah. Ayat ini menggambarkan kesetiaan, kepatuhan, ketaatan Maria
dan Yosef sebagai orangtua untuk memenuhi aturan adat budaya Yahudi. Sebagai
orangtua atau pasutri Maria dan Yosef pertama kali ke Yerusalem justru ketika
Maria hamil dan melahir Yesus di Kandang Betlehem. Sejak saat itu Keduanya
tidak kembali ke Nasaret tetapi mereka harus mengunsi ke Mesir untuk
menyelamatkan Yesus yang dicari Raja Herodes. Perjalanan dan pelarian mereka ke
Mesir ditempuh selama tiga tahun. Mereka bersembunyi di Mesir yang sekarang
dikenal dengan sebutan gereja Gantung selama satu tahun.
Saya sudah melihat tempat keluarga kudus itu bersembunyi
di Gereja Gantung di tepi sungai berdekatan dengan bekas istana dan sinagga
Firaun. Setelah usia Yesus 4 tahun Herodes meninggal sehingga keluarga kudus
kembali ke Nasaraet. Mereka mengungsi butuhkan waktu tiga tahun perjalanan
waktu kembali kemungkinan lebih lama karena tidak takut dikejar sehingga
kemungkinan mereka butuhkan waktu lebih lama sekitar 8 tahun sehingga tiba di
Nasaret pada saat Yesus memasuki usia 12 tahun. Sekadar perbandingan: bangsa
Israel keluar dari Mesir menuju Israel selama 40 tahun.
Sebagai pasangan yang taat pada budaya Maria dan Yosef
harus ke Yerusalem bersama Yesus dengan warga Nasaret lainnya. Ketika Yesus
telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim
pada hari raya itu. Perjalanan dari Nasareth ke Yerusalem itu sangat jauh dan
injil mencatat mereka berjalan 3 ketika harus kembali Yerusalem mencari Yesus.
Kemungkinan 3 hari itu cepat karena mereka mau secepatnya temukan Yesus. Kalau
normal kemungkinan berminggu-minggu. Bulan Juli lalu saya dengan bus ke Danau
Tiberias butuhkan waktu 8 jam. Kota Nasaret masih jauh lagi karena untuk bisa
ke sana kita harus dengan perahu berlayar di danau Galilea dan dari sana terus
ke Kafernaum belasan kilo meter dan dari Kafernaum ke Nasaret berjarak 31 km.
Gambaran ini sengaja saya sampaikan agar kita sungguh
menyadari betapa Maria dan Yusef sebagai orangtua menjalankan tugas tanggung
jawab mereka secara luar biasa. Tanggungjawab mereka juga diuji dengan kasus
menghilangnya Yesus yang kemudian ditemukan di Yesusalem di dalam Bait Allah.
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus
di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Kasus menghilangnya Yesus ini
membuat keduanya harus segera kembali ke Yerusalem dan menempuh jarak yang
begitu panjang. Sudah satu hari mereka tinggalkan Yerusalem dan baru hari
keempat mereka menemukan Yesus. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara
orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya,
lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke
Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia
dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan
mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Hal yang mengejutkan
Yesus ditemukan di dalam Bait Allah. Berada di antara para ahli agama dan asyik
bersoal jawab dengan mereka. Keletihan mereka mencari selama 4 hari seakan
terhapus oleh kenyataan bahwa Yesus berada di Bait Allah dan dikagumi banyak
orang termasuk kelompok ahli agama dan ahli hukum taurat. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat
heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya.
Yesus berada di bait Allah berarti dia berada di pusat
iman Yahudi. Yerusalem yang diyakini sebagai tempat tnggal Yahwe di pilih Yesus
sebagai rumah Bapa-Nya. Ia sengaja ada di sana untuk membuktikan kepada
orangtuanya dan orang banyak bahwa Ia harus berada di dalam dan dekat pada Allah
yang disebutnya sebagai Bapa. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia,
tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah
Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari
Engkau." Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah
kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Dari jawaban dan kata-kata Yesus jelas bagi kita bahwa
keduanya juga harus belajar untuk berada dekat dengan Allah yang hadir dalam
kenisah di Yerusalem. Di sana Maria dan Yusef belajar untuk dekat selalu pada
Tuhan mesekipun masih banyak hal yang belum mereka mengerti. Tetapi mereka
tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Setelah kedua orangtua
Yesus menyaksikan apa yang seharusnya dilakukan di Bait Allah yaitu mendalami
dan memhami Firman Allah atau Kitab Taurat mereka harus berjalan lagi ke
Nasaret bersama Yesus. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia
tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di
dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan
besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Maria dan Yosef kembali bersama Yesus dan terus
menjalankan tugas tanggungjawab mereka terhadap masa depan tugas panggilan
Yesus. Dalam asuhan kedua orangtua itulah Yesus bukan saja bertumbuh secara
fisik menjadi semakin besar, tetapi lebih dari itu ia bertumbuh dalam relasi
dengan Tuhan dan sesama. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah
hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Maria dan
Yosef berhasil membimbing Yesus untuk menjadi semakin berhikmat yang
memungkinkan Dia dikasih Allah dan dikasihi manusia.
Tentu saja ini hanya sepenggalan kisah keterlibatan Maria
dan Yosef sebagai orangtua dalam kehidupan Yesus. Kita semua percaya bahwa misi
Yesus menebus dan menyelamatkan manusia tidak bisa lepas dari peran kedua
orangtua fisiknya ini. Dari penggaan injil ini paling kurang kita diiingatkan
lagi bahwa menjadi keluarga berspirit rajawali adalah menjadi keluarga yang
unggul dalam pengorbanan, unggul dalam kesetiaan, unggul dalam ketekunan dan
ungggul dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Marilah kita belajar pada
semangat keluarga Kudus yang telah mendahului kita menjadi keluarga Rajawali.
Semoga