Reungan Misa Arwah Victoria Heni (61)
2 Kor 5:1.6-10;
Yoh. 14,1-6
Sinar Bakti Malang, Rabu 25 Juni 2014
Buka
Sidang duka yang terkasih dalam Tuhan. Saat
ini kita datang ke tempat ini karena diundang oleh Almarhumah Victoria Heni melalui
keluarga besar, sesama anggota tarekat untuk mengadakan rekoleksi singkat
dengan tema kehidupan. Tema kehidupan merupakan tema pokok yang harus dimaknai
dalam setiap peristiwa kematian. Berkumpul dan hadir di rumah duka berdoa untuk
yang pergi adalah rekoleksi spontan yang
memungkinkan kita berhenti sejenak memaknai kehidupan kita. Sebagai orang yang beriman akan Kristus kita sepantasnya
bersyukur karena salah seorang yang kita cintai telah dibebaskan Tuhan dari
belenggu kehidupan dunia.
Kita bersyukur karena
Tuhan yang telah mengutus Victoria ke tengah kita, ke tengah keluarga, ke
tengah persaudaraan kumunitas ke tengah masyarakat dipanggil pulang sesuai
dengan batas waktu yang dijatahkan kepada almarhumah. Almarhumah dalam perjalanan
mudik ke rumah Bapa. Kita berkumpul untuk melancarkan perjalanannya ke rumah
Bapa dengan doa-doa kita. Kurban Kristus yang kita rayakan adalah korban yang
menjamin keselamatan perjalan jiwa orang beriman. Kita berdoa dan
berpengharapan Kristus sendiri menghantarnya ke dalam rumah Bapa. Kita awali
doa dan syukur kitadengan mengakui kesalahan kita. Saya mengaku…
Renungan
Ada banyak kata yang
kita kenal dan kita gunakan kalau ada orang yang meninggal. Ada kata meninggal,
tewas, ada kata, mati, ada mangkat, ada kata gugur, ada kata wafat dan ada kata
berpulang. Dalam konteks kita sebagai orang beriman tentu kita bisa dan harus
bisa memilih kata yang pas. Kata apa yang lebih tepat? Saya memilih kata ”Berpulang”
dan bukan mati atau meninggal. Mengapa? Karena kata-kata itu tidak bisa
dikaitkan dengan iman apalagi menggambarkan harapan. Mati bermakna berakhirnya
kehidupan, meninggal bermakna tinggalkan dunia.
Lain halnya dengan kata
Berpulang, karena dalam kata berpulang ada muatan iman dan harapan.
Berpulang berarti orang percaya ia pernah pergi dari suatu tempat dan kepergian
itu sifatnya sementara karena pada waktunya akan pulang. Berpulang, bagi orang
beriman berarti pula orang memiliki alamat rumah yang jelas. Pulang, berpulang
adalah kata yang hanya bisa dipakai oleh orang yang mempunyai rumah. Pulang
tidak akan dipakai oleh para gelandangan yang tidak mempunyai rumah. Setelah
perayaan ini kita akan pulang dalam pengertian fisik karena tadi kita datang
dari rumah kita.
Firman Tuhan yang kita
dengarkan dari surat Paulus untuk jemaat Korintus dan penggalan injil Yohanes
pada dasarnya berbicara tentang persoalan pulang dan berpuangnya manusia
beriman. Mengapa orang beriman berpulang? Jawabannya karena di dunia manusia
tidak mempunyai rumah abadi bagi jiwanya. Paulus membahasakannya secaa tepat
dengan memilih kata kemah dan bukan rumah. Paulus berbicara
tentang kemah sedangkan Yesus berbicara tentang rumah dan bukan kemah.
Di sini jelas Paulus membahasakan kesementaraan hidup fisik di dunia sedangkan
Yesus membahaskan keabadian hidup jiwa di alam baka.
Kemah dan rumah sama-sama bermakna tempat tinggal
tetapi ada perbedaan mendasar antara kemah dan rumah. Kemah gamabran
kesementaraan yang tidak sempurna sedangkan rumah menggambarkan keabadian yang
sempurna dan tetap. Saya tidak tahu apakah saudara/i yang membeli alkitab edisi
paling akhir menemukan rumusan baru untuk surat Paulus tadi. Apakah kata kemah
sudah diganti dengan kata biara, rumah, hotel, istana, vila, apartemen? Saya
yakin belum ada yang menggantikan itu. Itu artinya semua biara, rumah, hotel,
apartemen, istana, vila yang dibangun manusia di bumi semewah dan semahal apa pun
itu semua disebut kemah.
Dari sini jelas sekali
pesannya untuk kita bahwa hidup dan kehidupan kita hanya kemah bukan rumah. Karena
kehidupan kita hanya sebuah kemah, maka kita masih berpengharapan untuk
mendapatkan rumah dan rumah itu sudah ada sebelum manusia, kita datang dan mendirikan
kemah di dunia. Yesus sendiri meneguhkan pengharapan kita karena Dia menegaskan
suatu rahasia besar bahwa di rumah Bapa tersedia tempat kediaman yang kekal
bagi yang percaya. Rumah kita yang percaya hanya ada di dunia seberang. Yang
kita tempati di dunia sekarang hanyalah kemah. Karena hidup kita hanya sebuah
perkemahan maka tidak ada alasan bagi kita untuk menjadikan dunia sebagai
istana kita.
Kalau kita berbicara
tentang orang pulang maka kita tidak mungkin menghindari penggunaan kata jalan.
Ketika manusia berpindah dari kemah di dunia menuju rumah di surga manusia
berpeluang tersesat bukan saja karena terlalu lama di dunia tetapi terlebih
karena di dunia manusia menggali jalannya sendiri sesuai dengan keinginan
duniawinya. Sekali lagi suatu berita besar disampaikan Yohanes dalam injilnya
bahwa kita mempunyai seorang penunjuk jalan bahkan sekaligus menjadi
satu-satunya jalan yang harus kita lalui. Yesus adalah jalan tol, jalan bebas
hambatan bagi setiap orang percaya.
Memilih jalan lain berarti siap menerima risiko tersesat dan tidak akan sampai
ke rumah Bapa.
Dalam bahasa populer
Pulang kita sebut mudik. Dan kalau kita berbicara tentang mudik maka tentu itu
hanya berlaku sementara sedangkan berpulang adalah mudik abadi. Beberapa hari
lalu saya mendapat berita dari kampung bahwa sepupu saya meninggal dan keluarga
mengharapkan agar anaknya yang berkuliah di Malang secepatnya pulang ke kampung
karena itu saya diminta untuk mengurus tiket. Tengah malam saya mencoba
menghubungi agen penjualan tiket. Jawaban agen, tiket terjual habis untuk
penerbangan esok hari dari Surabaya-Flores. Setengah jam kemudian saya
dihubungi agen tiket yang menyampaikan kepada saya bahwa tiket tinggal satu
tetapi harganya hampir 3 juta. Saya agak terkejut mendengar harga tiket semahal
itu. Alasan mereka satu-satunya karena musim ramai menjelang mudik. Karena
tidak ada pilihan lain, apalagi keluarga mendesak agar anaknya secepatnya tiba
di Flores maka tiket semahal itu terpaksa diambil.
Dari kisah ini kita
bisa melihat bahwa urusan pulang untuk orang hidup itu mahal. Urusan pulang
orang hidup itu merepotkan karena harus mencari tiket, harus berhadapan dengan
para calo tiket yang mencari kesempatan untuk memeras calon penumpang terdesak karena
ada berita duka. Beda dengan urusan pulang orang yang berpulang. Tiketnya
sudah dan selalu berstatus oke semenjak
mulai berkemah di bumi, keberangkatan pasti, tujuannya juga jelas. Tiket untuk
orang berpulang itu urusan Tuhan. Yang bisa kita lakukan hanya berdoa agar
kepulangan orang yang kita cintai memberi pelajaran bagi kita untuk mengisi
masa perkemahan di dunia dengan hal yang baik. Dalam iman kita percaya bahwa
almahumah akan dijemput dan diantar Yesus menuju kediaman abadi. Amin.
Malang, 25 Juni
2014
Rm.Bone
Rampung, Pr