Saturday, July 16, 2016

MINGGU BIASA KE-16 TAHUN C/2



HARI MINGGU BIASA XVI THN C/2
Kej.18,1‑10a  Kol.1,24‑28  Luk.10,38‑42
Paroki Kritus Raja Mbaumuku Minggu, 17 Juli 2016
==========================================================
Buka
Sibuk dan berkesibukan telah menjadi ciri atau identitas hidup dan kehidupan manusia sepanjang zaman. Lebih lagi zaman sekarang kesibukan menjadi indikator keberhasilan seseorang. Kesibukan sering dinilai penting tanpa memperoalkan untuk apa orang sibuk dan apa yang harus disibuki. Orang sibuk sering dipuji karena ada pengandaian kesibukan menjadi awal setiap kesuksesan dalam hidup. Hari ini, melalui Firman yang diperdengarkan kepada, Yesus justru mengkritisi setiap kesibukan manusia. Bagi Yesus, ke­sibukan bukanlah takaran dan ukuran yang menentukan kualitas dan mutu kehidupan manusia. Bagi Yesus kesibukan yang tanpa hasil tidak ada artinya. Yesus menghendaki suatu model kesibukan yang membuahkan hasil. Penggalan kitab suci seben­tar berkisah tentang kesibukan Abraham, Paulus dan Marta serta Maria berhadapan dengan para tamu. Pengalaman bertamu yang melahirkan kesibukan tuan  rumah sekaligus sebagai ke­sempatan untuk menilai tuan rumah yang menerima tamu. Mari­lah kita bertanya diri perihal semua kesibukan kita selama ini. Apakah kesibukan kita betul berisi ataukah hanya seka­dar sibuk. Mungkin kita berlaku seperti Marta yang selalu sibuk sampai tidak bisa membedakan hal terpenting. Mungkin kita kesibukan membuat kita tidak punya waktu untuk duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan SabdaNya. Atas semua kelalaian itu kita mohon kerahiman Tuhan yang maha pengampun.....

Renungan
Orang bilang, rumah yang tidak pernah menerima tamu dan didatangi tamu diibaratkan sebagai sebuah pekuburan. Terlepas  dari benar tidaknya pernya­taan ini namun satu hal yang mau dikatakan bahwa menerima tamu di rumah itu, mengundang orang bertamu ke rumah itu merupakan satu hal yang baik karena bertalian dengan dimensi sosialitas manusia. Dalam perkara menerima tamu, ada sementara orang mengatakan bahwa orang di dunia Timur  adalah  orang yang bersikap ramah tamah. Keramah-tamahan itu salah satunya dibukti­kan dengan kebiasaan mereka menerima tamu ke rumah. Tata cara orang timur menerima tamu ke rumah  itu ada  aturan mainnya, ada tata caranya. Aturan main, tata cara itu tidak hanya untuk tamu yang datang tetapi juga untuk tuan rumah yang didatangi tamu atau dikunjungi. Tamu datang mengetahui apa yang sebaiknya untuk tuan rumah yang didatangi dan tuan rumah juga mengarhui apa yang sebaiknya untuk tamu yang datang.
 Ketiga penggalan ki­tab suci yang kita dengar dalam ketiga bacaan hari ini pada in­tinya mau menggaris bawahi tata cara, aturan main dalam ber­tamu dalam kunjung mengunjungi. Kitab kejadian dalam bacaan pertama tadi menggambarkan teknik, strategi Abraham ketika menerima tamu ke rumahnya. Dikatakan bahwa pada waktu itu Tuhan sendiri mau bertamu dalam penampakan yang terjelma dalam tiga orang tamu. Abraham punya sikap tersendiri dan unik dalam menerima tamunya itu. Abraham melihat ketiga orang itu, ia berlari dari depan pintu kemahnya, ia menjem­put mereka, ia menghormati mereka dengan bersujud ke tanah, ia mengajak  mereka untuk mampir ke kemahnya biar minum air dingin dan meminta mereka beristirahat sebentar. Ia menghi­dangkan mereka roti yang dibuat Sara, serta daging yang enak. Pelayanan  Abraham memang sempurna. Servisnya me­muaskan. Kian senangnya ketiga tamu itu dengan makanan yang enak itu maka mereka bertanya siapa yang membuat semuanya itu. Ternyata Sara bermain dibalik roti dan daging yang enak itu. Ia sibuk di dapur sampai tamu tidak tahu dia berada di mana. Sara pun dicari karena ia tidak menonjolkan dirinya di hadapan  tamu. Kepada Sara yang tidak menonjolkan diri itu dijanjikan seorang anak. Abraham memberi pelayanan kepada orang asing yang membuat semua mereka merasa senang dan diterima. Santu Paulus dalam bacaan kedua juga punya cara yang unik dalam hal melayani. Kepada Jemaat di Kolose Paulus menulis perihal cara dan model pelayanannya. Pelayanan Paulus itu tertuju kepada Yesus Kristus sendiri. Yesus yang telah melayani jemaat mau diteruskan dalam misi Paulus ini dengan melayani jemaat yang lainnya. Pelayanan yang ditawarkan Pau­lus itu berupa Firman Tuhan sendiri.
 Kebiasaan menerima dan menjamu tamu itu berlangsung sejak dahulu kala dan tetap berlanjut sampai zaman kita sekarang ini. Injil tadi mengisahkan tentang pengalaman tamu yang medtangi keluarga yang berada di kampung Betania. Santu Lukas mencatat bahwa di kampung Betania itu ada dua bersaudara. Mereka itu bernama Maria dan Marta. Maria dan Marta ini juga punya cara strategi yang unik dalam menerima dan menja­mu tamu. Tamu mereka saat itu adalah seorang pemuda yang sangat akrab dengan saudara mereka yang bernama Lazarus. Nama pemuda itu adalah Yesus. Lukisan penginjil lu­kas tadi sangat berbeda dengan caranya Abraham menerima ketiga orang asing dalam bacaan pertama.  Kalau kita mendengarkan secara teliti apa yang terjadi pada saat Yesus bertamu di sana maka jelas akan muncul kesan yang kurang enak. 
Cara Maria dan Marta menerima Yesus dan para muridnya sebagai tamu betul tidak sesuai dengan perasaan dan kebia­saan orang Timur. Kehadiran rombongan Yesus mendatang­kan suasana pertentangan antara tuan rumah antara Maria dan Marta. Rombongan Yesus itu memang merepotkan dan membuat ke­dua bersaudara itu menentukan prioritas masing‑masing. Marta utamakan dapur sedangkan Maria utumakan kamar tamu. Perbedaan prioritas dan kepentingan ini melahirkan perbedaan da­lam penilaian dan nilai yang didapat. Marta tampil seakan mengumumkan bahwa apa yang dibuatnya dan yang dipilihnya merupakan yang paling pent­ing. Dia sibuk di dapur. Bibirnya yang tadinya penuh lipstik kini harus diganti dengan arang. Pipinya yang tadinya di­poles dengan bedak mahal kini harus diganti dengan abu dapur dan bahkan ia harus memeras air mata gara‑gara asap dapur yang menyelimuti dia. Sampai di sini sebenarnya pilihan Marta bernilai tinggi. 
Persoalannya muncul ketika Marta meninggalkan tungku api, meluncur ke ruangan tamu di mana Maria sedang mendengarkan Yesus ber­sama rombongan-Nya. Marta tanpa basa basi, secara lancang, tanpa memperhitungkan perasaan Yesus  dan para murid-Nya sebagai tamu, menuduh Yesus  sebagai orang yang tidak punya kepedulian terhadap kesibukan Marta. “Tuhan, tidakkah Engkau peduli dengan kesubukan saya? Lihat bibir saya penuh arang, pipi saya penuh debu karena kerja sendiri, sibuk sendiri di dapur. Suruhlah Maria untuk membantu aku. Kita bisa bayangkan bagaimana muka Yesus saat itu karena tuan rumah yang menyuruh tamu. Sikap dan cara Marta ini memang berlawanan dengan kebiasaan kita yang beru­saha agar segala hal yang berkaitan dengan pelayanan terha­dap tamu harus disembunyikan. 
Sara dalam bacaan pertama tentu patut dipuji karena dia tidak pernah tampil di ruangan tamu. Yang ditampilkan di sana hanyalah hasil dari kesibukannya. Coba ktia bayangkan kalau besok kita pergi bertamu ke satu keluarga dan ibu rumah tanggap sibuk buatkan kopi di dapur dan bapa harus menemani tamunya di ruangan tamu. Dan saat itu ibu datang dan berteriak di depan kita sebagai tamu, dan ia perintahkan agar perintahkan bapa/suaminya supaya segera per­gi pinjam gula di rumah tetangga. Tentu kita sebagai tamu merasa malu dan bila perlu segera minta pulang.  Yesus seba­gai tamu dalam cerita tadi mengalami hal serupa karena Marta secara tidak langsung menyuruh  Yesus untuk segera ke dapur un­tuk melayani.  Kesibukan Marta itu belum terbukti karena belum ada sesuatu yang dihidangkan kepada Yesus dan rombongan-Nya. Marta mengatakan bahwa ia sibuk melayani tetapi belum ada teh atau kopi yang disajikan. Sampai akhir cerita injil tadi tidak ditulis bahwa setelah itu Yesus minum atau makan. Marta menganggap diri sibuk tetapi sibuk tanpa hasil. Untung Yesus itu orang hebat, tidak kenal malu, tidak meninggalkan rumah itu. Yesus justruperistiwa itu untuk menegaskan tentang arti dan makna setiap kesibukan manusia. Bagi Yesus Marta menjadi wakil semua manusia yang sibuk terus dan terus sibuk tetapi hasil dari kesibukan tidak nyata. Itu sama artinya orang pura-pura sibuk atau hanya main sibuk-sibukka. Bagi Yesus hidup yang hanya terkesan sibuk-sibukan tanpa hasil adalah kehidupan yang tidak bernilai, kehidupan yang tidak berarti. Bagi Yesus sebuah kesibukan baru bernilai untuk kehidupan hanya jika buah dan hasil kesibukan itu menjadi suatu kenyataan yang berguna. Tidak ada gunanya orang menyampaikan bahwa ia sibuk di dapur tetapi tak secangkir teh pun yang disajikan. Tak ada gunanya seorang bapa menyatakan sibuk kerja di kebun, di kantor, di sekolah tetapi sampai dia pensiun tidak ada prestasi dan hasil kerja yang bisa dinikmati orang lain.
Menghadpi Marta yang lancang dan cerewt itu Yesus mengajarkan nilai kesibukan manusia dan pilihan terpenting dalam hidup. Sibuk haruslah bermakna, sibuk haruslah berarti, sibuk haruslah dibuktikan dengan hasil. Marta sibuk sekadar sibuk, ia hanya sibuk-sibukan. Karena kesibukannya tidak menghasilkan sesuatu maka itu sama artinya dia telah memilih yang salah, memilih yang tidak penting. Itulah sebabnya Yesus justru memuji Maria yang tidak sibuk tetapi mendengarkan apa yang Yesus sampaikan. Bagi Yesus Maria memilih yang paling penting. Maria tidak sibuk ia hanya menyiapkan diri tenaga dan waktunya untuk mendengarkan Yesus.
Sebagai manusia tentu kita memang maklum dengan cara dan sikap Mar­ta ini tetapi sebagai ornag yang tahu adat jelas kita tidak setuju dengan cara Marta bersikap di hadapan tamunya. Namun dari sikap Marta ini kita bisa dapat hal penting, karena dengan itu  Yesus bisa membaeri pennilaian atas perbuatan Mar­ta dan perbuatan Maria. Karena Marta protes, dia tahu nilai kerjanya, nilai kesibukannya. Karena Marta protes Maria juga tahu bahwa ternyata Maria mendapat ni­lai paling tinggi dari Yesus. Penilaian Yesus terhadap cara kedua bersaudara ini memang tampaknya berat sebelah. Muncul kesan bahwa  Yesus membela orang yang tidak sibuk, hanya duduk men­dengarkan Dia. Maria yang dipuji sementara Marta dinilai te­lah memilih yang kurang penting. Hemat saya pernilaian Yesus ini tepat.  Yesus tidak bermaksud melecehkan orang yang sibuk atau tidak menghargai pengorbanan dan kesibukan Marta. Yesus mencintai orang yang rajin bekerja, yang sibuk bekerja. Namun yang dipuji adalah yang kerja dan yang sibuk berisi, sibuk mendatangkan hasil. 
Marta di mata Yesus  adalah contoh manusia yang katanya si­buk tapi tidak ada hasil. Marta sibuk tetapi air saja belum bisa disajikan kepada Yesus. Marta sibuk tanpa bukti dan itulah yang dinilai Yesus. Lain halnya  Maria dia tenang‑tenang tetapi dia duduk dan mendengarkan tamunya. Maria dan Marta sudah tahu Yesus itu Allah yang berkuasa membuat mukjizat bila kelaparan menimpa bahkan. Jadi Marta sebenarnya tidak perlu sibuk karena Yesus datang bukan untuk mencari makanan dan minuman. Mereka sudah tahu bahwa Yesus berkuasa membuat mukjzat kalau mereka lapar. Bebeapa bulan sebelumnya Yesus menghidupkan Lazarus saudara mereka. 
Marta masih berpikir secara manusia sedangkan Maria menyadari bahwa Yesus sebagai Tuhan yang berkausa melakaukan segalanya. Karena itulah Maria berjuang selalu dekat pada Yesus.  Inilah keunggulan Maria yaitu menaruh kepercayaaan kepada Yesus dan itu terbukti dengan selalu mau dekat di kaki Yesus untuk mendengarkan hal yang paling penting. Maria dipuji karena berlaku seperti Sara dalam bacaan pertama tadi yang tidak mau melaporkan kesibukannya kepada tamu.
 Zaman kita sekarang penuh persaingan.  Itulah sebabnya manusia zaman ini selalu sibuk, terus sibuk dan sibuk terus-terus. Manusia beru­bah semuanya menjadi si Sibuk. Akibatnya kita jatuh pada pilihan Marta. Sibuk tanpa hasil, penuh namun hampa, padat namun kkosong. Kita tenggelam dalam kesibukan sehingga tidak ada lagi  waktu buat kita untuk duduk dekat kaki Yesus seperti Maria. Duduk dekat Yesus berarti sibuk berisi, penuh yang berisi dan dan padat berisi. Bukan seperti Marta yang sibuk asal sibuk.
Marilah kita belajar dari peristiwa Marta dan Maria se­hingga setiap kesibukan kita menjadi kesibukan yang berisi dan berguna. Semoga kita bisa memilih mana yang paling baik untuk kita. Kita semua diberi pilihan mau menjadi Marta atau Maria. Hidup ini merupakan kesempatan untuk memilih nilai. Semoga kita bisa memilih secara tepat. Amin.

Friday, July 15, 2016

MISA PERUTUSAN MAHASISWA KKN



Renungan Misa Perutusan Mahasiswa KKN STKIP Santu Paulus Ruteng
Ams.2,1-11; Mrk.10,46-52
Aula Missio Jumat, 15 Juli 2016

Buka
Hari ini, peserta KKN mengakhiri  dan memahkotai rangkaian kegiatan pembekalan dengan perayaan Ekaristi. Selama beberapa hari peserta dibekali dengan berbagai informasi yang menyentuh ranah kognitif Anda. Harapannya, hanya satu, peserta dapat menjalankan KKN sesuai dengan apa yang diharapkan. Horizon pemahaman Anda  pada tataran kogintif pengetahuan telah diperluas dengan berbagai materi yang Anda dapatkan. Secara akademik intelektual Anda siap menjalankan misi perutusan lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng. Kelengkapan dan luasnya wawasan pemahaman akademik Anda melalui pembekalan tentu saja tidak otomatis menjamin keberhasilan Anda dalam menjabarkan dan mengaplikasikan semua program yang telah disusun.
Kita memerlukan dasar pijakan dan tiang topangan spiritual bagi seluruh recana KKN ini. Kita memerlukan kekuatan dan jaminan penyertaaan Tuhan. Kita butuhkan topangan spiritual dengan menggali pesan Firman-Nya dan menimba aliran kasih-Nya dalam perayaan ekaristi ini. Kita bawa semua rencana, program kerja kita kepada Tuhan secara bersama dalam kelompok dan secara invidu. Kita bawa juga semua masyakat yang akan kita datangi dan menjumpai kita biar mereka terbuka menerima seluruh proses kerja kita. Kita berharap karena Tuhan kita akan bisa menjalankan KKN bukan saja bermartabat tetapi lebih dari itu KKN yang menjadikan kita sebagai pencari dan pemilik kebijaksanaan. Mengawali semuanya itu kita akui kesalahan dan dosa kita.
Renungan
Program KKN STKIP Santu Paulus Ruteng  tahun ini dijalankan di bawah payung tema yang luar biasa hebat dan inspiratif: “Membangun Desa Berbasis Kearifal Lokal”. Bagi saya tema ini tidak saja Hebat tetapi juga inspiratif. Mengapa? Karena tema ini  memuat unsur program, sasaran program, landasan pijak program. Membangun dalam tema ini bermakna aktivitas, desa menjadi titik sasar program, dan kearifan  lokal menjadi dasar perlaksnaaan program. Tema ini juga inspiratif karena melalui tema ini kita semua disadarkan bahwa hidup kita manusia ditandai dengan aktivitas. Aktivitas membangun adalah ciri dan pangggilan kehidupan. Tema besar ini jelas amat relevan dengan nama program yang akan kita jalankan  selama sebulan ke depan.
Program yang akan kita laksanakaan dinamakan KKN yang biasanya dipanjangkan dari kata Kuliah Kerja Nyata.  Ketiga kata ini sudah biasa dan sering  kita dengar dan ucapkan. Bagi peserta KKN tahun ini, tentu saja kata KKN ini menjadi sangat spesial karena Anda semua akan merasakan dan mengalami secara konkret apa yang nyata terjadi di tengah masyarakat. Dalam KKN Anda akan menilai apakah aneka pengetahuan teoretis yang Anda dapatkan saat kuliah bisa cocok atau berdamai dengan pengalaman nyata masyakat di mana Anda ber-KKN. Kondisi di lapangan merupakan ujian terbesar bagi Anda apakah Anda menjadi orang yang aktif bekerja, kreatif menemukan dan arif dalam aneka perilaku.
Buku Pedoman KKN secara sangat teknis mencatat bahwa KKN merupakan bentuk praktis dan langkah implemetasi pengembangan prilaku kecendikiwanan seseorang dalam rangka mempertajam  kepekaan terhadap masalah sosial kemasyarakatan. Dengan ini, jelas dan benar bahwa KKN merupakan salah satu tahap yang harus dilewati seseorang dalam rangka menciptkan keseimbangan antara pengetahuan teoretis dengan pengalaman nyata masyarakat. Karena itu, KKN hendaknya disadari sebagai momen spesial untuk menunjukkan kegayutan antara pengetahuan yang dipelajari secara teoretis dengan keterampilan beraksi nyata di tengah kehidupan masyarakat. 
Lembaga STKIP Santu Paulus telah berupaya memodali para peserta KKN melalui perkuliahan dan pekan pembekalan. Karena itulah, KKN bagai lembaga merupakan momentum perutusan. Lembaga mengutus Anda karena Anda semua telah melewati aneka proses akademik. Lembaga yakin sunggguh bahwa Anda semua telah menadi orang yang mampu menjembatani konsep teoretis dengan situasi masyarakat yang Anda datangi. Perilaku dan model tampil Anda di tengah masyarakat dengan segala programnya mencerminkan kualitas proses yang Anda dapatkan selama perkuliahan.
Konsep KKN sebagai momentum perutusan hendaknya disadari sungguh-sungguh oleh setiap peserta karena tidak mudah bagi para peserta untuk mendamaikan idealisme yang diteorikan dan kenyataan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan kesadaran tentang siapa kita dan bagaimana kita bisa bertindak. Kesadaran tentang siapa kita dan bagaimana kita bertindak merupakan kondisi mental yang memungkinkan kita bisa bertindak tepat tempat, tepat waktu, dan tepat sasar. Bertindak tepat tempat, waktu dan tepat sasar ini memungkinkan Anda disebut sebagai orang pandai yang bijaksana. Hanya orang yang pandai dan bijaksana yang bisa melakukan segalanya secara tepat.
Dua teks Kitab suci dalam misa perutusan ini menggariswabahi pentingnya kebijaksanaan sebagai pengarah perilaku dan peribahasa kita kapan dan di mana saja kita hidup. Kitab Amsal menegaskan bahwa menuntut hikmat dan kebijaksanaan merupakan langkah setiap orang untuk hidup dan bertindak dalam alur yang benar menuju sasaran yang benar. Kata Amal, “Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, telingamu memperhatikan hikmat, hatimu terarah kepada kepandaian dan pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, mencari hikmat dan kebijaksanaan seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian. Pengertian hanya didapatkan kalau manusia membuka diri terhadap kehendak Tuhan yang hadir melalui orang-orang yang dipakai Tuhan. Kata Amsal, “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian, menyediakan pertolongan bagi orang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena itu, hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. Semua proses yang sudah Anda lewati sebelum KKN ini memungkingkan Anda semua menjadi orang yang berkebijaksanaan yang siap diutus.
Kisah Injil yang menghadirkan tokoh Bartimeus hari ini sesungguh dapat dimaknai sebagai momentum perutusan. Saya mengajak semua peserta KKN untuk mendisposisikan diri sebagai Bartimeus yang Buta. Lokasi atau latar tempat kisah injil tadi di dekat kota Yerikho (saya sudah sampai di tempat itu). Tokoh utama yang ditampilkan Bartimeus yang kondisi fisiknya buta diperhadapkan dengan Yesus yang berkuasa menyembuhkan. Bartimeus yang buta itu sadar dan pernah mendengarkan kisah tentang aksi penyembuhan yang dilakukan Yesus. Itulah yang mendorong Bartimeus mendekat ke kota Yeikho. Saat Yesus keluar dari kota itu bartimeus mendengar bahwa Yesus akan melintas. Ia tidak ingin kehilangan momentum berahmat sehingga ia berteriak agar suaranya diperhatikan dan didengarkan. Terbukti suara Bartimeus dianggap sebagai kebisingan dan kegaduhan oleh para murid Yesus.  Dia diminta agar diam tetapi justru ia berteriak semakin keras. Mengapa Bartimeus yang buta itu harus berteriak? Jawabannya karena ia memiliki kerinduan yang paling dalam untuk bisa melihat. Mengapa ia mendekat ke kota Yerikho? Jawabannya karena ia merindukan kesembuhan untuk bisa melihat.
Bartimeus sadar diri sebagai orang buta. Kondisi buta  jelas membatasi ruang geraknya secara fisik. Ia inginkan pembebasan secara fisik agar dapat melakukan lebih banyak hal dalam dan selama hidupnya. Bartimeus memang buta matanya tetapi tidak buta hati dan pikirannya. Buktinya ia merapat ke gerbang kota Yerikho dan berteriak meminta diperhatikan agar disembukan. Program kerja tepat (merapat ke kota Yerikho), tindakannya tetap (cukup dengan cara berteriak), tujuannya tepat pula (mendapatkan kesembuhan). Kalau saat misa perutusan ini para peserta mendisposisikan diri sebagai Bartimeus maka kita harus berlangkah mundur melihat pengalaman awal mengapa kita datang dan belajar di STKIP ini.
Anda memilih STKIP sebagai Yerikho buat Anda mendapatkan sesuatu. Anda merapat ke STKIP sebagai Bartimeus yang bukan buta fisik tetapi buta pengetahuan dan keterampilan. Anda merapat ke STKIP karena Anda mendengarkan kisah bahwa banyak orang mendapatkan kesembuhan atau kebaikan setelah diproses di lembaga ini. Karena itu proses perkulihan sebelum KKN buat Anda kiranya dimaknai sebagai masa Anda membuka mata hati Anda sebelum menerima perutusan seperti ini. Penampilan tokoh Bartimeus hendaknya menjadi pengingat bagi Anda bahwa dulu Anda masuk ke sini ibaratnya orang buta yang merindukan kesembuhan dan ingin melihat. Lembaga ini telah memproses Anda melalui pelbagai dinamika yang telah Anda alami dan kini mata Anda telah terbuka. Bukan hanya mata fisik Anda yang terbuka tetapi mata wawasan,pikiran dan pemahaman Anda sudah terbuka lebar untuk melihat dan memakanai kenyataan. Dalam konteks kisah Bartimeus ini para peserta KKN harus merasa diri sebagai Bartimeus yang dulu buta kini sembuh dan menerima perutusan untuk melihat dan memaknai  lebih banyak kenyataan kehidupan. STKIP telah menjadi Yerikho, tempat penyembuhan Anda dari buta pengetahuan, wawasan, dan pengertian. Ketika Anda mendaftar diri sebagai peserta KKN di sana sebanarnya secara tidak langsung Anda menegaskan bahwa Anda telah disembuhkan dan menjadi manusia yang sudah bisa melihat.
Kisah kesembuhan Bartiumeus tadi sesungguhnya tidak terlalu penting dibandingkan dengan tujuan penyembuhan itu. Karena itu kisah itu bukan sekadar menginformasikan tentang pengalaman kesembuhan bartimeus tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kesembuhan itu berujung pada perutsusan untuk membutikan bahwa kesembuhan itu berdampak nyata dalam hidup. Karena itu, ketika Yesus bertanya tentang apa yang diinginkannya, Bartimeus  menjawab Rabuni, supaya aku melihat. Mengrankan bagi kita bahwa Yesus tidak menjawab misalnya, “Ya sekarang silahkan melihat”. Yang dikatakan Yesus justru perintah atau imperasi untuk pergi. Setelah Bartimeus bangun dan siap pergi baru dia bisa melihat semua kenyataan secara tepat. “Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau”. Yesus tidak mengakan melihatlah imanmu telah membantu engkau untuk bisa melihat. Di sini jelas bagi kita bahwa orang bisa melihat lebih banyak hanya kalau orang bersedia untuk pergi. Bagi Yesus mata yang normal dan baik tidak menjamin orang bisa dan bersedia pergi menerima tugas perutusan. Bagi Yesus orang akan melihat kenyataan sebenarnya bermula dari kerelaan untuk siap diutus. Bagi Yesus mata baik bukan syarat bisa melihat yang bnar tetapi kesediaan untuk diutus justru menjadi syarat untuk bisa melihat yang benar.
Karena itu, kami berharap peserta KKN,  tidak perlu berbangga dan membanggakan diri sebagai orang yang telah memiliki pengatahuan yang banyak sebagai modal untuk ber-KKN tetapi yang paling penting Anda punya niat dan tekat untuk pergi dan melaksanakan semuanya dengan niat dan semangat yang baik, maka di sana Anda akan bisa melihat lebih banyak dari apa yang Anda pelajari. Ingat Bartimeus baru bisa melihat setelah ia bersedia pergi mengikuti perintah Yesus. Kerelaan dan kesesdiaan untuk pergi itulah yang memungkinkan mata Anda terbuka melihat kenyataaan.  Semoga semangat Bartimeus memberi inspirasi buat Anda semua untuk bisa melihat kenyataan di tempat ber-KKN. Tidak penting bagi Bartimeus mengalami kesembukan di kota Yeriko, karena yang paling penting dia bisa melihat lebih banyak setelah disembuhkan. Tidak penting Anda disembuhkan di STKIP dengan pengetahuan yang Anda pelajari tetapi yang terpenting bagaimana Anda bisa melihat kenyataan berdasarkan apa yang Anda pelajari. Lembaga berharap Anda semua menjadi Bartimeus yang mengalami kesembuhan sejak Anda bersedia untuk pergi dan di sana Anda membuktikan bahwa Anda memang telah menjadi orang yang bisa melihat.  Lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng mengutus Anda sebagai Bartimeus. Karena itu belajrlah pada Bartimeus yang kreatif, aktif, dan responsif. Semoga Aanda kembali sebagai Bartimeus yang sukses dalam menjalankan misi perutusan lembaga. Amin 


Rm.Bone Rampung