Saturday, January 30, 2016

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-4 TAHUN C2



Minggu Biasa ke‑4 Th.C2.31 Januari 2016
Yer.1,4‑5.17‑19; 1Kor.13,4‑13;  Luk.4,21‑30
Kapela STKIP St.Paulus Ruteng

Buka
Predikat kita sebagai orang beriman, orang Kristen, pengikut Kristus memungkinkan kita terpanggil untuk tiga tugas pokok yaitu sebagai imam nabi dan raja. Bacaan hari ini menekankan sekaligus mengingatkan kita untuk menjalankan peran kenabian kita di tengah situasi hidup yang tidak mengenal keadilan, kejujuran, penindasan, dan praktik hidup yang serakah dan korup. Predikat kenabian mengisyaratkankita untuk melakukan segalanya sesuai dengan kehendak Allah. Menyatakan apa yang benar tanpa takut risiko adalah panggilan kenabian. Kita dituntut untuk menyatakan yang benar, mengkritik segala bentuk penipuan, maniplasi, permainan kotor dalam berbagai ranah kehidupan. Pada awal perayaan ini baiklah kita melihat kembali perjalanan hidup kita. Mungkin kita telah mengabaikan panggilan kenabian kita ketika kita ter­jerat dalam pelbagai keinginan untuk memuliakan diri kita sendiri.  
Renungan
Takut dan cemas ada dan dialami semua manusia. Apa yang membuat orang takut dan cemas atau apa dasarnya manusia merasa takut dan cemas.  Jawabannya karena manusia mempunyai keinginan. Ketakutan dan kecemasan adalah dua rasa yang menghinggapi semua manusia karena banyak keinginan dalam diri. Ketika seseorang menduduki jabatan dan kekuasaan tertentu, nafsu dan keinginan primitifnya  memaksanya untuk mengamankan kekuasaan itu agar tidak dipindahtangankan. Ketika seorang mahasiswa punya keinginan untuk lulus dengan baik pada waktunya ia cemas dan takut kalau ada masalah yang menghadangnya. Ketika orangtua penya keinginan anak-anaknya menjadi orang pintar dan baik, orangtua bisa  cemas dan takut jika anak mereka gagal. Ketika sesorang ingin menjadi pejabat, penguasa ia cemas dan takut kalau ada orang yang ingin menggagalkannya. Begitu seterusnya, ketakutan dan kecemasan sesungguhnya menjadi efek samping, dampak ikutan dari adanya keinginan pada manusia. Jika tidak ada keinginan maka tidak ada ketakutan dan kecemasan.
Hal yang menjadi masalah dalam kehidupan biasanya ketika orang membiarkan keinginan itu menjadi nafsu liar yang tidak terkendali. Menginginkan segala-galanya menjadi milik adalah nafsu liar yang memungkinkan seseorang bertindak dan berperilaku liar tidak terkendali. Manusia yang dikuasai nafsu liar akan kekayaan, kekuasaan, jabatan, prestise akan bertindak sesukanya dan menganggap dunia ini menjadi miliknya dan seakan-akan hidupnya tidak berakhir. Manusia-manusia seperti itu, ada dan hidup dalam setiap zaman termasuk untuk zaman kita ini. Hadirnya manusia-manusia bermental serakah biasanya diimbangi dengan adanya manusia tandingan. Kehadiran tokoh tandingan umumnya dirasakannya sebagai duri dan rumput liar yang harus dimusnahkan orang serakah, tamak dan loba. Manusia yang terkurung dalam nafsu akan melihat orang lain sebagai saingan yang harus dilindas. Bentuk pelindasan itu dengan pelbagi cara baik cara pribadi maupun dalam persekongkolan jahat. Menghadapi kondisi seperti itu diperlukan adanya suara kritis untuk mengerem prilaku manusia yang merasa diri paling super.
Kisah oknum penguasa yang berlaku lalim, korup, tidak adil, sewenang-wenang itu dalam kisah perjanjian lama melahirkan para nabi yang kritis yang selalu mengendus setiap kebusukan para penguasa yang mau memang sendiri, membuat aturan dan hukum pembenaran diri. Nubuat nabi Yeremia dalam bacaan pertama hari ini menegaskan dan menerangjelaskan kepada kita tentang bagaimana Tuhan membentengi para nabi untuk meruntuhkan dan menghancurkan para penguasa dan para raja yang lalim. Para nabi diutus Tuhan untuk mengkritisi para penguasa yang telah dikuasai nafsu untuk kepentingan diri, mengabaikan kepenting banyak orang. Pemimpin-pemimpin dalam perjanjian lama dikuasai nafsu akan kuasa, jabatan, dan kenikmatan. Mereka mengakui Yahwe dengan bibir mereka tetapi perialakunya justru membelakangi Yahwe. Suara kritis para nabi yang berteriak di jalanan menuntut keadilan dan kebenaran hanya dianggap angin lalu. Persekongkolan oknum yang saling memuaskan nafsu mereka membuat mereka menjadi manusia yang tanpa hati dan rasa.  Yeremia hidup dan diutus Yahwe untuk mempertobatkan para penguasa dan komplotan yang lalim dan bernafsu seperti itu. 
 Aktivitas pewartaan tentang kerajaan Allah berhadpan dengan pelbagai ancaman yang menakutan dan mencemasan.  Panggilan para nabi semenjak perjan­jian Lama diwarnai ancaman. Kisah yang dangkat dalam bacaan pertama tentang panggilan dan masalah yang dihadapi nabi Yeremia adalah satu gambaran ten­tang tantangan seorang nabi yang di­panggil Tuhan. Yeremia dipanggil dan ditugaskan Yahwe melakukan pembaharuan dan mewartakan kebesaran Tuhan di tengah kehidupan masyarakat yang tidak adil. Nabi diutus ke tengah bangsa yang haus kuasa dan penuh kelaliman dan pemerasan. Nabi harus berhadapan dengan penguasa yang bertindak sebagai harimau dan singa yang buas. Yeremia berhadapan dengan para pejabat yang lalim yang lebih mengutamakan kepen­tingan diri sendiri dan komplotannya.  
Kebijaksanaan Tuhan ternyata melampaui segala macam kecemasan dan ketakutan manusia. Kebijaksanaan Tuhan juga tidak dapat dikalahkan oleh kekuasaan para peja­bat. Kebijaksanaan Tuhan melampai segala kehebatan manusia. Kebijaksanaan Tuhan itu ada dalam satu kata yaitu Kasih. Kasih Allah mengalahkan segalanya, Kasih Allah mengalahkan ketakutan dan kecemasan yang menimpa orang pilihan-Nya. Kasih Allah mengalahkan kesombongan dan kecongkakan manusia. Kasih Allah menembusi batas antara bangsa. Yeremia diutus bagi bangsa‑bangsa dan Kasih Allah menjadi jaminan perutusannya. Allah mem­bekali Yeremia dengan sabdaNya:Janganlah engkau gentar di hadapan siapa saja agar Aku tidak mengentar engkau di hadapan mereka. Aku menjadikan engkau sebagai kota yang berkubu, menjadi tiag besi dan tembok tembaga dalam menentang semua raja, penguasa dan pejabat. Mereka akan memerangi engkau tetapi mereka tidak akan mampu mengalahkan engkau, sebab Aku akan menyertai engkau dan melepaskan engkau. Orang yang benar di hadapan Tuhan tetapi kalah di depan penguasa dunia selalu dibenarkan dan dibela. Pembenaran dan pembelaaan itu akan diterima pada dunia akhirat.
Pengalam dan perutus Yeremia memang merupakan perutu­san yang sangat berat karena pada masa itu kelaliman raja meraja mela dan pemerasan terhadap masyara­kat kecil menjadi kerja pokok para penguasa. Namun Yeremia berhasil secara gemilang dalam misinya. Keber­hasilannya menentang kebijkan pen­guasa masa itu tidak lain karena itu beriman kepada Allah. Dalam imannya ia berharap sepenuhnya pada Allah. Iman yang melahirkan pengharapan  dan pengharapan  melahirkan Kasih akan mengatasi segalanya. Iman harap dan Kasih menurut Paulus merupakan kekuatan dalam misi pewartaan. Iman, harap, dan kasih hanyalah milik manusia yang takut akan Allah. Takut akan Allah itu nyata dalam hidup yang sederhana, rendah hati, adil, dan jujur. Kalau orang mengaku berimann berpengharapan, dan berkasih tetapi bernafsu menguasai itu berarti ia hadir sebagai singa berbulu domba. Perlu diwaspadai.
Tantangan dalam misi perutusan tidak saja dialami para nabi. Penggalan Injil tadi menggambarkan bahwa Yesus juga meski sebagai Putra Allah berhadapan dengan tantangan bangsa-Nya sendiri. Yesus yang diutus kepada segala bangsa ditolak seperti para nabi perjanjian Lama. Yesus datang dan memberikan kesaksian dan kebenaran tentang kerajaan Allah namun tidak diterima manusia. Yesus yang mulai mengajar di Sinagoga dilihat sebagai saingan dan bakal mengganggu kemapanan para pejabat masa itu. Mereka yang tidak senang pada ajaran-Nya berusaha menangkap Dia dan hendak melemparkan Dia ke jurang.  
Tugas serta Misi yang diemban Yeremia serta yang mau diwartakan Yesus adalah misi yang ditujukan kepada segala bangsa. Yeremia dan Yesus mewartakan kebenaran Allah kepada segala bangsa. Dan misi itu mereka emban dengan contoh dan cara hidup mereka.  Ia memperhatikan yang haus dan lapar, yang disisihkan dalam masyarakat, yang menderita akibat pelbagai kebijakkan para pejabat. Yesus membela hak mereka yang diperlakukan secara tidak adil. Yesus mengkritik para penguasa dengan cara hidupnya. Yesus tidak menggelar demostrasi meski pada masa itu kehidu­pan dilanda pelbagai Krisis. Contoh dan teladan hidup Yesus justru dirasakan para lawan-Nya sebagai demostra­si yang hasilnya sangat revolusioner. Yesus ingin merombak tatanan masyarakat bukan dengan kekerasan senjata. Dia kelihatannya diam namun tetap aktif dengan tindakan yang kecil dan biasa. Yesus menjadi orang yang luar biasa justru karena kemampuannya menja­lankan hidup yang biasa‑biasa saja.
Apakah yang menjadi bahan relevan untuk kehidupan kita berkaitan dengan firman Tuhan yang kita dengar hari ini? Mungkin yang perlu kita renungkan adalah bagaima­na kita sebagai orang beriman menjalankan misi kenabian kita dalam kehidupan. Kita bisa menjadi nabi yang mengkritik ketidak adilan dan ketidak jujuran dalam hidup dengan mualai hidup dalam keadilan dan kejujuran. Kalau kita  sendiri hidup adil, jujur, rendah hati, sederhana, menghargai orang lain maka kita beralasan untuk menolak perilaku oknum yang tidak adil, tidak jujur, congkak, serakah, dan merendahkan yang lain. Hidup dan dunia kita sampai saat ini masih banayk dikuasai manusia yang menuntut kita untuk berperan sebagai nabi.
Suatu saat seorang saleh meninggal dan jiwanya lansung meluncur masuk surga. Dia begitu terkejut ketika masuk surga karena di sana ia bertemu dengan orang-orang yang dulu semasa hidup mereka pernah dipenjara karena korupsi, judi, dan perbuatan tercela lainnya. Dia bertemu dengan hakim, jaksa, kepala desa, kepala dinas, DPR, bupati, gubernur yang pernah masuk penjara karena pelbagai kejahatan yang mereka lakukan. Jiwa orang saleh itu bertanya kepada malaikat dan santu Petrus. Mengapa, mereka ini dibiarkan masuk ke tempat ini? Dengan enteng maliakat itu menjawab. Saudara, jangan cemas mereka ini berada di sini hanya 20 menit saja. Tempat mereka sebenarnya bukan di sini. Mereka ke sini sekadar melanjutkan kebiasaan mereka selama hidup. Saat hidup mereka membuat studi banding ke tempat yang lebih baik, tetapi dengan itu mereka membuat pemalsuan banyak hal sehingga mereka masuk neraka. Setelah mati mereka juga masih meneruskan kebiasaan itu. Mereka studi banding ke surga tetapi sebentar lagi mereka kembali ke neraka.



Rm.Bone Rampung, Pr