Minggu
Biasa ke‑4 Th.C2.31 Januari 2016
Yer.1,4‑5.17‑19;
1Kor.13,4‑13; Luk.4,21‑30
Kapela
STKIP St.Paulus Ruteng
Buka
Predikat
kita sebagai orang beriman, orang Kristen, pengikut Kristus memungkinkan kita
terpanggil untuk tiga tugas pokok yaitu sebagai imam nabi dan raja. Bacaan hari
ini menekankan sekaligus mengingatkan kita untuk menjalankan peran kenabian
kita di tengah situasi hidup yang tidak mengenal keadilan, kejujuran, penindasan,
dan praktik hidup yang serakah dan korup. Predikat kenabian mengisyaratkankita
untuk melakukan segalanya sesuai dengan kehendak Allah. Menyatakan apa yang
benar tanpa takut risiko adalah panggilan kenabian. Kita dituntut untuk
menyatakan yang benar, mengkritik segala bentuk penipuan, maniplasi, permainan
kotor dalam berbagai ranah kehidupan. Pada awal perayaan ini baiklah kita
melihat kembali perjalanan hidup kita. Mungkin kita telah mengabaikan panggilan
kenabian kita ketika kita terjerat dalam pelbagai keinginan untuk memuliakan
diri kita sendiri.
Renungan
Takut
dan cemas ada dan dialami semua manusia. Apa yang membuat orang takut dan cemas
atau apa dasarnya manusia merasa takut dan cemas. Jawabannya karena manusia mempunyai keinginan. Ketakutan dan kecemasan
adalah dua rasa yang menghinggapi semua manusia karena banyak keinginan dalam
diri. Ketika seseorang menduduki jabatan dan kekuasaan tertentu, nafsu dan
keinginan primitifnya memaksanya untuk
mengamankan kekuasaan itu agar tidak dipindahtangankan. Ketika seorang
mahasiswa punya keinginan untuk lulus dengan baik pada waktunya ia cemas dan
takut kalau ada masalah yang menghadangnya. Ketika orangtua penya keinginan
anak-anaknya menjadi orang pintar dan baik, orangtua bisa cemas dan takut jika anak mereka gagal. Ketika
sesorang ingin menjadi pejabat, penguasa ia cemas dan takut kalau ada orang
yang ingin menggagalkannya. Begitu seterusnya, ketakutan dan kecemasan
sesungguhnya menjadi efek samping, dampak ikutan dari adanya keinginan pada
manusia. Jika tidak ada keinginan maka tidak ada ketakutan dan kecemasan.
Hal
yang menjadi masalah dalam kehidupan biasanya ketika orang membiarkan keinginan
itu menjadi nafsu liar yang tidak terkendali. Menginginkan segala-galanya
menjadi milik adalah nafsu liar yang memungkinkan seseorang bertindak dan
berperilaku liar tidak terkendali. Manusia yang dikuasai nafsu liar akan
kekayaan, kekuasaan, jabatan, prestise akan bertindak sesukanya dan menganggap
dunia ini menjadi miliknya dan seakan-akan hidupnya tidak berakhir.
Manusia-manusia seperti itu, ada dan hidup dalam setiap zaman termasuk untuk
zaman kita ini. Hadirnya manusia-manusia bermental serakah biasanya diimbangi
dengan adanya manusia tandingan. Kehadiran tokoh tandingan umumnya dirasakannya
sebagai duri dan rumput liar yang harus dimusnahkan orang serakah, tamak dan
loba. Manusia yang terkurung dalam nafsu akan melihat orang lain sebagai saingan
yang harus dilindas. Bentuk pelindasan itu dengan pelbagi cara baik cara
pribadi maupun dalam persekongkolan jahat. Menghadapi kondisi seperti itu
diperlukan adanya suara kritis untuk mengerem prilaku manusia yang merasa diri
paling super.
Kisah
oknum penguasa yang berlaku lalim, korup, tidak adil, sewenang-wenang itu dalam
kisah perjanjian lama melahirkan para nabi yang kritis yang selalu mengendus
setiap kebusukan para penguasa yang mau memang sendiri, membuat aturan dan
hukum pembenaran diri. Nubuat nabi Yeremia dalam bacaan pertama hari ini
menegaskan dan menerangjelaskan kepada kita tentang bagaimana Tuhan membentengi
para nabi untuk meruntuhkan dan menghancurkan para penguasa dan para raja yang
lalim. Para nabi diutus Tuhan untuk mengkritisi para penguasa yang telah
dikuasai nafsu untuk kepentingan diri, mengabaikan kepenting banyak orang.
Pemimpin-pemimpin dalam perjanjian lama dikuasai nafsu akan kuasa, jabatan, dan
kenikmatan. Mereka mengakui Yahwe dengan bibir mereka tetapi perialakunya
justru membelakangi Yahwe. Suara kritis para nabi yang berteriak di jalanan
menuntut keadilan dan kebenaran hanya dianggap angin lalu. Persekongkolan oknum
yang saling memuaskan nafsu mereka membuat mereka menjadi manusia yang tanpa
hati dan rasa. Yeremia hidup dan diutus
Yahwe untuk mempertobatkan para penguasa dan komplotan yang lalim dan bernafsu
seperti itu.
Aktivitas pewartaan tentang kerajaan Allah berhadpan
dengan pelbagai ancaman yang menakutan dan mencemasan. Panggilan para nabi semenjak perjanjian Lama
diwarnai ancaman. Kisah yang dangkat dalam bacaan pertama tentang panggilan dan
masalah yang dihadapi nabi Yeremia adalah satu gambaran tentang tantangan seorang
nabi yang dipanggil Tuhan. Yeremia dipanggil dan ditugaskan Yahwe melakukan
pembaharuan dan mewartakan kebesaran Tuhan di tengah kehidupan masyarakat yang
tidak adil. Nabi diutus ke tengah bangsa yang haus kuasa dan penuh kelaliman
dan pemerasan. Nabi harus berhadapan dengan penguasa yang bertindak sebagai
harimau dan singa yang buas. Yeremia berhadapan dengan para pejabat yang lalim
yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri dan komplotannya.
Kebijaksanaan
Tuhan ternyata melampaui segala macam kecemasan dan ketakutan manusia.
Kebijaksanaan Tuhan juga tidak dapat dikalahkan oleh kekuasaan para pejabat.
Kebijaksanaan Tuhan melampai segala kehebatan manusia. Kebijaksanaan Tuhan itu
ada dalam satu kata yaitu Kasih. Kasih Allah mengalahkan segalanya, Kasih Allah
mengalahkan ketakutan dan kecemasan yang menimpa orang pilihan-Nya. Kasih Allah
mengalahkan kesombongan dan kecongkakan manusia. Kasih Allah menembusi batas
antara bangsa. Yeremia diutus bagi bangsa‑bangsa dan Kasih Allah menjadi
jaminan perutusannya. Allah membekali Yeremia dengan sabdaNya:Janganlah engkau
gentar di hadapan siapa saja agar Aku tidak mengentar engkau di hadapan mereka.
Aku menjadikan engkau sebagai kota yang berkubu, menjadi tiag besi dan tembok
tembaga dalam menentang semua raja, penguasa dan pejabat. Mereka akan memerangi
engkau tetapi mereka tidak akan mampu mengalahkan engkau, sebab Aku akan
menyertai engkau dan melepaskan engkau. Orang yang benar di hadapan Tuhan
tetapi kalah di depan penguasa dunia selalu dibenarkan dan dibela. Pembenaran
dan pembelaaan itu akan diterima pada dunia akhirat.
Pengalam
dan perutus Yeremia memang merupakan perutusan yang sangat berat karena pada
masa itu kelaliman raja meraja mela dan pemerasan terhadap masyarakat kecil
menjadi kerja pokok para penguasa. Namun Yeremia berhasil secara gemilang dalam
misinya. Keberhasilannya menentang kebijkan penguasa masa itu tidak lain
karena itu beriman kepada Allah. Dalam imannya ia berharap sepenuhnya pada Allah.
Iman yang melahirkan pengharapan dan
pengharapan melahirkan Kasih akan
mengatasi segalanya. Iman harap dan Kasih menurut Paulus merupakan kekuatan
dalam misi pewartaan. Iman, harap, dan kasih hanyalah milik manusia yang takut
akan Allah. Takut akan Allah itu nyata dalam hidup yang sederhana, rendah hati,
adil, dan jujur. Kalau orang mengaku berimann berpengharapan, dan berkasih
tetapi bernafsu menguasai itu berarti ia hadir sebagai singa berbulu domba.
Perlu diwaspadai.
Tantangan
dalam misi perutusan tidak saja dialami para nabi. Penggalan Injil tadi
menggambarkan bahwa Yesus juga meski sebagai Putra Allah berhadapan dengan
tantangan bangsa-Nya sendiri. Yesus yang diutus kepada segala bangsa ditolak seperti
para nabi perjanjian Lama. Yesus datang dan memberikan kesaksian dan kebenaran
tentang kerajaan Allah namun tidak diterima manusia. Yesus yang mulai mengajar
di Sinagoga dilihat sebagai saingan dan bakal mengganggu kemapanan para pejabat
masa itu. Mereka yang tidak senang pada ajaran-Nya berusaha menangkap Dia dan
hendak melemparkan Dia ke jurang.
Tugas
serta Misi yang diemban Yeremia serta yang mau diwartakan Yesus adalah misi
yang ditujukan kepada segala bangsa. Yeremia dan Yesus mewartakan kebenaran Allah
kepada segala bangsa. Dan misi itu mereka emban dengan contoh dan cara hidup
mereka. Ia memperhatikan yang haus dan
lapar, yang disisihkan dalam masyarakat, yang menderita akibat pelbagai
kebijakkan para pejabat. Yesus membela hak mereka yang diperlakukan secara
tidak adil. Yesus mengkritik para penguasa dengan cara hidupnya. Yesus tidak
menggelar demostrasi meski pada masa itu kehidupan dilanda pelbagai Krisis.
Contoh dan teladan hidup Yesus justru dirasakan para lawan-Nya sebagai demostrasi
yang hasilnya sangat revolusioner. Yesus ingin merombak tatanan masyarakat
bukan dengan kekerasan senjata. Dia kelihatannya diam namun tetap aktif dengan
tindakan yang kecil dan biasa. Yesus menjadi orang yang luar biasa justru
karena kemampuannya menjalankan hidup yang biasa‑biasa saja.
Apakah
yang menjadi bahan relevan untuk kehidupan kita berkaitan dengan firman Tuhan
yang kita dengar hari ini? Mungkin yang perlu kita renungkan adalah bagaimana
kita sebagai orang beriman menjalankan misi kenabian kita dalam kehidupan. Kita
bisa menjadi nabi yang mengkritik ketidak adilan dan ketidak jujuran dalam
hidup dengan mualai hidup dalam keadilan dan kejujuran. Kalau kita sendiri hidup adil, jujur, rendah hati,
sederhana, menghargai orang lain maka kita beralasan untuk menolak perilaku
oknum yang tidak adil, tidak jujur, congkak, serakah, dan merendahkan yang
lain. Hidup dan dunia kita sampai saat ini masih banayk dikuasai manusia yang
menuntut kita untuk berperan sebagai nabi.
Suatu
saat seorang saleh meninggal dan jiwanya lansung meluncur masuk surga. Dia
begitu terkejut ketika masuk surga karena di sana ia bertemu dengan orang-orang
yang dulu semasa hidup mereka pernah dipenjara karena korupsi, judi, dan
perbuatan tercela lainnya. Dia bertemu dengan hakim, jaksa, kepala desa, kepala
dinas, DPR, bupati, gubernur yang pernah masuk penjara karena pelbagai kejahatan
yang mereka lakukan. Jiwa orang saleh itu bertanya kepada malaikat dan santu
Petrus. Mengapa, mereka ini dibiarkan masuk ke tempat ini? Dengan enteng
maliakat itu menjawab. Saudara, jangan cemas mereka ini berada di sini hanya 20
menit saja. Tempat mereka sebenarnya bukan di sini. Mereka ke sini sekadar
melanjutkan kebiasaan mereka selama hidup. Saat hidup mereka membuat studi
banding ke tempat yang lebih baik, tetapi dengan itu mereka membuat pemalsuan
banyak hal sehingga mereka masuk neraka. Setelah mati mereka juga masih
meneruskan kebiasaan itu. Mereka studi banding ke surga tetapi sebentar lagi
mereka kembali ke neraka.
Rm.Bone Rampung,
Pr